Wednesday, November 26, 2008

Pabrik Bubur Kertas di Merauke

Arifin Panigoro Bangun Pabrik Bubur Kertas

Written by Koran Tempo
Tuesday, 27 November 2007

Pembangunan pabrik pulp membutuhkan investasi US$ 600 juta.
Pengusaha pemilik kelompok usaha Medco Grup, Arifin Panigoro, akan membangun hutan tanaman industri (HTI) dan pabrik bubur kertas (pulp) di Kabupaten Merauke, Papua.Pabrik bubur kertas yang mulai berproduksi pada pertengahan 2008 itu akan dijalankan oleh salah unit usaha dari kelompok usaha milik Arifin, yaitu PT Medco Papua Lestari.

Arifin mengatakan rencana membangun HTI dan pabrik pulp di Papua karena melihat besarnya potensi yang dimiliki daerah ini. Selain itu, dia mengaku ditawari Pemerintah Daerah Merauke untuk melakukan investasi."Daerah ini sangat prospektif untuk dibangun industri," ujarnya dalam acara program penanaman pohon yang dilakukan Medco Foundation di Merauke, Papua, kemarin.Soal kebutuhan dana untuk investasi itu, Arifin mengaku belum bisa memastikan. "Saya tidak tahun pasti," jawabnya, singkat. Dia menambahkan, pihaknya menjajaki untuk menggandeng investor asing dalam pembangunan HTI dan pabrik bubur kertas iniPresiden Direktur Medco Papua Lestari Pola Winson menambahkan, persiapan pembangunan HTI dan pabrik pulp masih terus dilakukan. Proses konstruksi pembangunan pabrik, kata dia, akan dilakukan tahun ini. "Diharapkan pada pertengahan 2008 kegiatan produksi bubur kertas berbahan baku chip (kayu sepih) bisa dilakukan," katanya.Dia menerangkan, dalam tahap awal, pabrik itu akan menghasilkan 500 ribu ton bubur kertas. Selanjutnya, pabrik ini ditargetkan bisa berproduksi secara optimal dengan kapasitas produksi sebesar 2 juta ton bubur kertas pada delapan tahun mendatang. "Kapasitas pabrik ini akan sama dengan PT Indah Kiat Pulp and Papers Tbk. dan PT Riau Andalan Pulp and Papers," katanya.Untuk investasi, Pola melanjutkan, dalam pembangunan pabrik dibutuhkan dana sekitar U$ 600 juta. Investasi juga dibutuhkan untuk membangun pelabuhan laut dan infrastruktur penunjang.Soal investor asing yang berminat, dia mengatakan saat ini ada dua yang sedang dijajaki. "Mereka dari Jepang dan Eropa," katanya.Ditemui dalam kesempatan yang sama, Menteri Kehutanan Malam S. Kaban mengatakan dalam tahap awal Medco Papua Lestari akan diberikan konsesi hutan seluas 600 ribu hektare. Menurut dia, sebelumnya perusahaan ini meminta agar diberikan konsesi seluas 1 juta hektare. "Konsesi 600 ribu hektare itu cukup untuk kapasitas hingga 2 juta ton bubur kertas," katanya.Adapun Bupati Kabupaten Merauke Johanes Gluba Gebze membenarkan dirinya yang menawari Medco untuk melakukan investasi. Dia menjelaskan bahwa saat ini pihaknya sudah mengatur pembagian tata ruang untuk hutan tanaman industri."Sedangkan pembangunan pabrik bubur kertas masih menunggu proses analisis dampak lingkungan," katanya.SETRI YASRATanam Dulu, Baru TebangMasuk ke ranah bisnis industri kehutanan yang saat ini sedang babak-belur dihantam isu illegal logging ternyata tidak membuat ciut nyali pemilik Medco Grup, Arifin Panigoro. Menurut dia, bisnis baru ini akan dibangun dengan konsep baru. "Kami menanam dulu, baru menebang memanfaatkan kayunya," katanya.Menurut Arifin, dalam tahap awal pihaknya akan menanam pohon eukaliptus dan akasia sebanyak 50 ribu pohon. "Kami mentargetkan kalau bisa hingga 1 juta pohon," katanya.Saat ditegaskan apakah dirinya tidak takut dituding sebagai perusak hutan dengan industri, Arifin mengatakan ketakutan itu tidak perlu kalau menjalankan kegiatan usaha kehutanan dengan mengedepankan kelestarian hutan.Alasan lain? Arifin mengaku ingin ada keseimbangan bisnis yang dijalankan. Menurut dia, sebagai perusahaan minyak dan gas, Medco berkontribusi dalam menghasilkan karbon dioksida (CO2). "Proyek penanaman hutan dan HTI diharapkan bisa menjadi penetral sumbangan CO2 itu," katanya.
Selengkapnya...

Friday, October 17, 2008

Masa kecil saya di Papua

.
Masa Kecil saya di Papua

Hollandia 1910-1962

Kotabaru 1962-1963
Sukarnopura 1963-1968
Jayapura 1968-…….

Demikianlah urutan nama kota tempat saya tinggal sewaktu kecil yang sebanyak empat kali berganti nama yang sekarang bernama Jayapura. Kota paling timur di Indonesia. Kota yang pertama kali melihat matahari terbit dan pertama kali melihat matahari terbenam.


Saya dilahirkan sebagai anak terakhir dari 4 bersaudara. Saya mempunyai dua orang kakak laki-laki dan seorang kakak perempuan. Kami semua berempat memiliki selisih usia setahun. Sewaktu kecil saya termasuk sebagai anak yang beruntung. Bagaimana tidak lingkungan tempat tinggal saya adalah suatu daerah terbuka di pinggir laut. Rumah saya terletak di pinggir tebing yang menghadap ke laut. Laut yang menjadi pemandangan sehari-hari merupakan sebuah teluk dengan lebar kurang lebih 1500 meter sehingga nun jauh diseberang sana setelah laut terdapat lagi daratan tebing yang juga menghadirkan pemandangan unik

Di waktu malam pemandangan ini akan menjadi lebih indah lagi karena akan tampak kerlap kerlip lampu rumah-rumah penduduk di seberang sana, lampu-lampu kendaraan yang sedang berjalan menyuri jalan yang berliku, nyala lampu berwarna merah pemancar radio dan teve yang berkedap-kedip, nyala lampu perahu nelayan atau lampu kapal tanker yang sedang lewat ataupun sedang bersandar di pelabuhan. Mungkin beda-beda tipis sama Hongkok di waktu malam... he..he..he..

Apalagi di malam lebaran, malam natal ataupun di malam tahun baru, pemandangan akan dimeriahkan lagi oleh nyala kembang api yang meluncur ke udara yang dilepaskan oleh hampir semua penduduk. Khusus di malam lebaran, takbiran selalu dilakukan dengan konvoi mobil dan motor keliling kota. Sudah tentu pemandangan yang akan tampak di kejauhan adalah iring-iringan panjang lampu kendaraan yang sambung menyambung menyusuri jalan yang berliku-liku. Bak ular naga panjang yang badannya terbuat dari lampu menyala terang dan berkerlap-kerlip di kejauhan. Sewaktu kecil di saat-saat seperti itu saya sering berpikir bahwa kota saya adalah kota yang paling indah di dunia ini.

Lingkungan di sekitar rumah saya sendiri merupakan area terbuka yang dikelilingi oleh pepohonan. Kebanyakan adalah pohon pisang yang tumbuh terus menerus dengan sendirinya tanpa henti walaupun terus-menerus pula pohon pisang itu ditebang karena diambil buahnya. Oleh sebab itu buah pisang sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kami. Saya masih ingat bahwa untuk mengetahui ada buah pisang yang sudah masak tidaklah sulit. Pada malam hari bila ada kalong (sejenis kalelawar besar) terbang di sekitar rumah, maka itu artinya ada pisang yang sudah masak. Keesokan harinya tinggal dicari pasti akan ada buah pisang masak. Cuman sayang kondisinya ada beberapa buah yang sudah digigit binatang tersebut. Yaah.. mungkin itu memang sudah rejekinya karena semua mahluk hidup yang ada di muka bumi ini sudah di atur rejekinya oleh Tuhan sang maha pencipta. Namun seiring waktu, pohon-pohon pisang yang ada itu semakin lama semakin banyak dan semakin sering pula di waktu malam kalong hadir. Pada akhirnya setiap malam selalu saja ada kalong yang datang, itu berarti setiap hari pula ada buah pisang yang masak. Lama kelamaan kami pun sudah bosan makan buah pisang.

Sudah menjadi kebiasaan setelah pulang sekolah hingga sore hari kegiatan kami adalah bermain. Dalam keluarga, kami berempat sebagai anak-anak tidak bisa dikatakan sangat akrab namun tidak bisa juga dikatakan bermusuhan, pokoknya hubungan antar kakak beradik di keluarga kami adalah biasa-biasa saja. Kami memiliki teman bermain masing-masing, teman saya adalah teman saya, teman kakak saya adalah teman kakak saya. Tidak jarang kakak teman saya adalah teman kakak saya.

Bersambung…

Selengkapnya...

Thursday, September 18, 2008

Download Kanefusa Brochure


New company brochure
We have redesigned our company brochure.
To have a printed copy, please contact a distributor or Kanefusa office in your area.
To view and download the brochures, please click here.(Woodworking industry section)http://kanefusa.jp/eng/products/wood/downloads/index.html

Selengkapnya...

Tuesday, September 16, 2008

The Long and Winding Road

.
The Long and Winding Rod
.
Somewhere in West Java, taken in a driving journey Jakarta - Semarang
Selengkapnya...

Going Home

.
Going Home
.
Cirebon, 2005
Selengkapnya...

Misty Morning at Situgunung

. Misty Morning at Situgunung
.
Situgunung, West java
Selengkapnya...

Half Moon


Half Moon
Taken in the back yard home, my first moon photo by Sigma for Canon Lens 500 mm, 2006
Selengkapnya...

Golden Sailing


Golden Sailing
Pekalongan Beach, Central Java
Selengkapnya...

Flower Grass


Flower grass
Taken after playing soccer at sunset in the back yard
Selengkapnya...

Monday, September 15, 2008

Pisau Mesin Industri

Mau beli pisau mesin industri? Hubungi Budi, Dhani, Rudi, Danang, harun, Mahmud, Rahmat, Sanusi di 021 8970360

Industrial Machine Knife
Want to buy industrial machine knife? call the person above. High quality, Guarrantee, After Sales Service, Technical advise and many more included for your satisfy
Selengkapnya...

Bekasi at Night

.

.
Bekasi at Night
Selengkapnya...

Hard Fishing

.

.
Hard Fishing

Taken from Pemalang Beach at Sunset
Selengkapnya...

Saturday, September 13, 2008

Will never be a King

*
Will never be a King
I wish that I could make a photo of a lion in Africa but I'm not lucky. It was a high cost. So then I try to taken photo of my cat at home in the field at the sunset.
Selengkapnya...

Kabut Sutra Putih Rinjani

.

Mount Rinjani Haze
Taken from 1 km to Top of Mt. Rinjani 3600 mdpl, Lombok., Indonesia
Selengkapnya...

Line of Eucalyptus

.
Line of Eucalyptus

Taken from a plantation of Pulp & Paper Manufacturer at Pekanbaru, Indonesia
Selengkapnya...